Tricovillage adalah sebuah kolaborasi pengembangan wisata perdesaan di tiga destinasi wisata, yaitu Desa Taro, Tegalalang, dan Kenderan yang berlandaskan filosofi Tri Hita Karana.
Explore Eco-Spiritual
Experience
Desa Taro adalah salah satu desa tua, yang erat kaitannya dengan perjalanan suci Maha Rsi Markandya. Memiliki alam yang indah, hamparan sawah yang luas, dan kawasan hutan yang disakralkan oleh masyarakat. Terdapat pula Lembu Putih, Hewan suci yang dikeramatkan dan satu-satunya ada di Bali.
Explore Eco-Heritage
Experience
Desa Kenderan atau Keindraan, adalah desa yang cantik, nan menawan bagaikan surga, tempat bertahtanya Dewa Indra. Desa ini memiliki banyak sekali sumber mata air suci, yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana upacara, sumber kehidupan serta menunjang pertanian setempat.
Explore Community Creativity
Desa Tegallalang dijuluki sebagai the longest artshop in the world. Karena dari perbatasan ubud hingga kintamani terbentang ratusan bahkan ribuan pengerajin UMKM yang memproduksi berbagai barang-barang kerajinan yang unik dan terdapat sawah bertingkat yang melegenda yaitu "Ceking".
SejarahTaro
Sebagaimana dimaklumi adanya suatu nama desa dapat diyakini mempunyai suatu latar belakang atau sejarah terhadap berdirinya suatu desa, sehingga nama tersebut dipakai. Namun untuk mengungkap sejarah Desa Taro secara pasti belum bisa dipastikan, karena belum adanya lontar yang bisa menjadikan patokan dalam menyusun sejarah Desa Taro. Tetapi berdasarkan cerita yang diproses di masyarakat yang disampaikan oleh para tokoh secara pertemuan dan dapat dipercaya sebagai sejarah desa kelahiran Desa Taro dapat diuraikan sebagai berikut.- Nama Desa Taro sendiri muncul di Zaman Markandya Purana. Awal mulanya diambil dari Markandya Purana. Markandya lahir di India dari restu Siwa di abad ke-4. Beliau menuju Asia Tenggara, Kalimantan Timur, lanjut sampai ke Pulau jawa. Markandya karena diberi restu oleh Siwa, maka Beliau di beri gelar Maha Yogi Markandya artinya dari pertapaan. Markandya sangat kuat bahkan digoda Indra pun tapa Beliau tidak tergoyahkan. Akhirnya Dewa Siwa memberi Beliau nama, Markandya Maha Yogi yang artinya besar dan Yogi artinya pertapa.
- Setelah Yogi Markandya ada di Indonesia di abad ke-4 sampailah di Pulau Kalimantan Barat lanjut ke Jawa Barat. Beliau melihat ke timur sampai Gunung Damalung, di Gunung ini Beliau digoda banyak raksasa, maka larilah Beliau ke Gunung Dieng, dari Gunung Dieng Beliau mampu mengalahkan raksasa (kejahatan) yang ada di Gunung Damalung. Akhirnya pergilah Beliau ke Gunung Raung di Jawa Timur. Dari sini Beliau melihat ke timur, ada kemilau sinar yang di tangkap pandangan Beliau, dari Gunung Raung ini beliau mengangankan hendak menuju sinar itu. Anehnya pada saat itu sudah ada penduduk yang namanya wong aga. Beliau mampu mengumpulkan tenaga 400 orang untuk mencari sinar di Timur itu.
- Perjalanan Beliau lanjut ke Jawa Timur pada sinar itu ternyata sinar itu berada di Gunung Toh Langkir (Gunung Agung). Dari restu Siwa itulah Beliau mendapat kekuatan untuk mengetahui baik yang ada maupun yang belum ada bahwa Gunung Agung itu puncaknya Himalaya yang ada di India. Karena hutan yang ada di Pulau Jawa (panjang) sangat kramat banyak pengikut Beliau yang mati, akhirnya Beliau kembali ke Gunung Raung beryoga, dari yoganya yang ke-2 (dua) dengan panca datu akhirnya Beliau kembali mengumpulkan Wong Aga mampu sebanyak 800 orang, dan langsung Beliau mengajak pengikutnya dengan membawa panca datu ke Gunung Agung.
- Sampai di lereng Gunung Agung menemukan tumpukan batu, mungkin saja tumpukan batu itu tempat pemujaan pengikut Beliau yang masih hidup yang pertama. Akhirnya panca datu itu ditanam di sana. Dari lereng Gunung Agung, Beliau menuju ke barat dengan pengikut-pengikutnya sampailah di Ponorajon (Penulisan). Sampai di Puncak Penulisan, Beliau berhenti sejenak, melihat ke barat. Dari kekuatan Beliau tempat yoganya di Gunung Raung Beliau melihat ke timur Gunung Agung, Melihat ke utara India tempat lahir Beliau, melihat ke selatan untuk persiapan tempat Beliau.
- Akhirnya pengikut Beliau disuruh ke selatan membentuk rumah (asrama). Pengikut-pengikut Beliau lama tidak datang ke Puncak Penulisan, turun Beliau berjalan ke selatan sampai di Pura Sabang Deet. Datanglah pengikut-pengikut Beliau di sana, ditanya pengikut-pengikutnya mengapa tak datang ke Penulisan? Saya ada disuatu tempat yang menyediakan semuanya jadi saya tidak kurang makan dan minum sehingga akhirnya tempat itu diberi nama Sarwa Ada (Taro). Dari sanalah membagi-bagikan tanah perkebunan subak. Sekarang diberi nama Desa Puakan. Lanjutlah Beliau ke Sarwa Ada (Taro).
- Beliau melanjutkan perjalanan ke selatan sampai di sungai Wos campuhan, beryoga Beliau di sana bahwa Sapta Gangga yang ada di India juga ada di sana seperti : Gangga, Saraswasti, Serayu, Narmada, Yamuna, Sindu, sehingga Beliau membuat pelinggih bernama Pura Gunung Luah. Gunung artinya tinggi, Luah artinya sungai. Beliau akhirnya melihat ke utara asram Beliau Sarwa Ada Utare artinya Taro sehingga Desa Sarwa ada disebut Desa Taro. Dari sana Beliau memprelina pengikut-pengikut Beliau yang telah meninggal. Timbul kata banjar artinya suka-duka. Kembali pada pendeman Beliau di lereng Gunung Agung membangun pura namanya Besakih yang artinya selamat. Sehingga sekarang disebut Pura Besakih.Demikianlah awalnya Desa Taro, masih di dalam cerita Pulau Dawa (Pulau Panjang), sehingga Desa Taro telah ada pada Caka 381 Caka menurut hitungan Masehi ditambah 78+381= 459 M.
SejarahKenderan
Ke-indra-an begitulah masyarakat sering menyebut Desa Kenderan yang berarti “Istana Dewa Indra” dalam dunia pewayangan. Sesuai Mitology masyarakat setempat merupakan pelarian Raja Maya Denawa berubah wujud menjadi Dedari Kendran. Atas dasar opini masyarakat tersebut kemudian lambang dari Dewa Indra dijadikan sebagai lambang dari Desa Kenderan itu sendiri. Saking kuatnya kepercayaan masyarakat, bahkan mulai dari letak geografis desa, kesuburan hingga keindahan desa diimajinasikan sama dengan Kraton Dewa Indra di Indraloka.Ada dua lokasi yang bisa dijadikan patokan untuk mengawali proses sejarah Desa Kenderan. Lokasi tersebut adalah Petirtaan Telaga Waja dan Desa Manuaba.
- Nama Manuaba sendiri sering dikaitkan dengan nama-nama desa sekitarnya yang juga memakai nama manuk (burung) sebagai nama desa. Yang perlu diketengahkan adalah praduga beberapa orang sarjana arkeologi tentang kekunoan Manuaba sebagai sebuah pemukiman. Di kawasan Desa Manuaba ditemukan (2) dua Sarcophagus di Subak Uma Lawas. Di Pura Puseh/Desa Manuaba ada beberapa pecahan alat pencetak nekara perunggu. Rekontruksi imaginatif terhadap penemuan ini memberi petunjuk bahwa alat cetak ini diyakini ada hubungannya dengan nekara perunggu yang ada di Pura Penataran Sasih di Desa Pejeng.
- Petirtaan Telaga Waja yang ada di lokasi tersebut memberikan petunjuk dimana tempat tersebut merupakan sebuah tempat pertapaan dalam bentuk kuil (Wihara). Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya ceruk-ceruk untuk bersemedi, ceruk untuk beristirahat, pancuran mandi dan pancuran air suci. Pada bibir ceruk yang paling besar terdapat relief yang berbentuk huruf. Bukti-bukti yang ditemukan memberi petunjuk bahwa Telaga waja yang terletak di tepian barat Desa Kenderan, sejak abad ke X telah terjadi kegiatan keagamaan di tempat tersebut yang dapat dipastikan berpengaruh pada budaya masyarakat Desa Kenderan pada jaman itu.Dalam abad XVII pada pemerintahan Dalem Di Made yang beristana di Gelgel, telah datang ke Desa Manuaba seorang Pendeta bernama Pedanda Sakti Buruan. Beliau dikenal dalam cerita rakyat sebagai seorang Pendeta yang mengutamakan kehidupan religius (Kadyatmikaan) dan mengabdi pada kesejahteraan masyarakat. Hal ini nampak jelas dengan peninggalan beliau di Desa Manuaba Berupa sebuah Pura dan sebuah bendungan.Semua kebaikan dan kemakmuran yang telah diwujudkan oleh sang pendeta, telah menimbulkan iri hati beberapa kepala wilayah pada masa itu. Salah seorang diantaranya bernama Gusti Batu Lepang. Rasa iri dan khawatir menghadapi wibawa Sang Pendeta, telah mendorong Batu Lepang beserta para pengikutnya menyerbu dan merusak pemukiman sang pendeta di Manuaba. Dalam pertempuran Sang Pendeta lenyap, sedangkan istri, putra-putra dan cucunya berhasil meloloskan diri kearah timur.Setelah Pendeta Sakti Manuaba pergi, kemudian muncul sesosok elit baru yang memimpin masyarakat manuaba. Beliau berasal dari klan Kesatria Taman Bali atau yang saat ini dikenal dengan “Bangli”. Sangat sulit untuk bisan menentukan kapan sekiranya elit ini mulai bermukim di kawasan Manuaba menemukan batasan tahun yang tepat. Namun yang pasti jelas adalah bahwa merekau telah memindahkan pusat kegiatan pemerintahan desa, dari Manuaba ke Kenderan. Tidak ditemukan petunjuk mengapa pimpinan yang baru ini memindahkan pusat pemerintahan desa ke Kenderan.Ketika pulau Bali pecah menjadi sembilan kerajaan kecil (sekitar tahun 1651 M), desa Kenderan termasuk Wilayah manca agung Tegallalang dan berada dalam kekuasaan kerajaan Bangli. Status desa Kenderan adalah Penggawa (setingkat dibawah manca agung, tetapi diatas pembekel gede). diperkirakan pada masa inilah kaum Ksatria Taman Bali mulai ditempatkan sebagai elite desa yang baru di desa Kenderan. Mereka bertugas mempertahankan tapal batas kerajaan dengan kerajaan Gianyar. Tetapi ketika Gianyar berhasil merebut wilayah ini dari kerajaan Bangli, maka dengan sendirinya desa Kenderan masuk Wilayah Kerajaan Gianyar.Dapat disimpulkan ada Tiga masa perjalanan sejarah Desa Kenderan sbb:1. Masa jaman PrasejarahDengan diketemukan Peninggalan Batu Pencetak Nekara diyakini ada keterkaitannya dengan Nekara Pejeng dan 2 sarcophagus di Pura Batulusu di Subak Uma Lawas Kaja, Manuaba, Kenderan.2. Masa jaman BudhaTerdapat tempat pertapaan Budha Kasogatan pada abad ke X di Beji Pura Telaga Waja Br Kepitu, Kenderan dan sekarang berpungsi sebagai tempat Petirtaan / melukat.3. Masa jaman CiwaPada abad ke XVII berdirinya Pura Griya Sakti Manuaba oleh Ida Pedanda Sakti Buruan beliau adalah cucu dari Ida Danghyang Nirartha dan sekarang merupakan tempat pemujaan utama dari Klan Brahmana Manuaba di Bali
SejarahTegalalang
Saat berwisata ke kawasan Ubud, wisatawan pasti bakal langsung terpukau dengan keindahan ribuan hektar ladang padi yang bertingkat rapi. Persawahan di Bali sudah lama terkenal dengan keindahan pemandangannya. Kegiatan bercocok tanam memang menjadi tradisi turun temurun di Pulau Dewata ini.Tradisi berkebun atau bersawah di Bali disokong oleh keberadaan 150 aliran sungai yang mengalir di sekitarnya. Agar air sungai bisa mengalir area bercocok tanam, warga Bali membangun sistem subak.Dikutip dari situs Indonesia Kaya, subak merupakan sistem swadaya masyarakat yang berfungsi mengatur pembagian aliran air sungai ke kebun atau sawah. Harapannya agar pembagian aliran air dari sungai merata dan adil, mengingat Indonesia merupakan negara tropis yang punya musim kering. Kelompok subak beranggotakan:- Pekaseh (ketua subak)
- Petajuh (wakil pekaseh)
- Penyarikan (juru tulis)
- Petengen (juru raksa)
- Kasinoman (kurir)Saat memulai masa tanam hingga masa panen, kelompok ini juga mengadakan ritual sebagai ucapan syukur dan mengharap berkah. Subak telah dikenal masyarakat Bali sejak abad ke-11 Masehi, melalui temuan Prasasti Raja Purana Klungkung (994 Saka atau 1072 M) yang menyebutkan kata 'kasuwakara', yang diduga merupakan asal kata dari 'suwak', yang kemudian berkembang menjadi 'subak'.Temuan lainnya berupa naskah Lontar Markandeya Purana, yang menceritakan asal muasal desa dan Pura Besakih ini terdapat cerita mengenai pertanian, irigasi, dan subak. Bagi turis yang ingin menambah wawasan mengenai sejarah persawahan subak bisa langsung mendatangi pesawahan Tegalalang di Dusun Ceking, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar.Desa Tegallalang dijuluki sebagai the longest artshop in the world. Karena dari perbatasan ubud hingga kintamani terbentang ratusan bahkan ribuan pengerajin UMKM yang memproduksi berbagai barang-barang kerajinan yang unik. Desa Tegallalang terkenal dengan kreatifitas masyarakatnya yang diwujudkan dengan berbagai karya seni. Juga terdapat banyak pilihan restaurant dan cafe milik masyarakat yang menawarkan menu-menu khas lokal hingga internasional.Hawa sejuk, sawah berundak, pepohonan kelapa, dan langit biru membingkai cantik pemandangan warga lokal yang sedang mengolah lahan. Area persawahan ada di pinggir jalan, namun turis bisa menikmati pemandangannya dengan duduk-duduk di restoran yang buka di sekitarnya. Selain pagi hari saat udara masih segar, waktu terbaik untuk berkunjung ke persawahan Tegalalang ialah sore hari untuk menyaksikan matahari terbenam.
ThankYou
Terima kasih sudah bergabung di Tricovillage. Semoga hari Anda menyenangkan.
disclamer | privacy policy
© tricovillage. All rights reserved.
FreeTrial
No Setup Fee & No Training Fee
disclamer | privacy policy
© tricovillage. All rights reserved.
ThankYou
We wiill contact you soon and you can claim a free trial of our Booking Engine Application for 30 days
disclamer | privacy policy
© tricovillage. All rights reserved.
Desa Taro
Accomodation
Bali Coconut House
Luxury Villa
Bali Hidden Sleep
Luxury Villa
Govinda Villa
Luxury Villa
Komang Petak
Home Stay
Bali Hidden Sleep
Luxury Villa
Moringga Holiday
Luxury Villa
Oemah Ki Bulian
Home Stay
Rice Field
Cottage
Tegal Dukuh
Glamping
Desa Kenderan
Accomodation
Kayangan Villa Ubud
Luxury Villa
Dukuh Village
Villa
Ubud Nadi
Villa
Eka Dwi
Guest House
Umah Nik
Guest House
Desa Tegalalang
Accomodation
Natya Resort Ubud
Luxury Villa
Om Ham Retreat and Resort
Luxury Villa
Pajar House Villa
Luxury Villa
Kaia Villa
Luxury Villa
Kampung Resort
Luxury Villa
Kuwarasan A Pramana
Luxury Villa
Alam Dania
Cottage
Bidadari Private Villa
Luxury Villa
Blue Karma Djiwa
Luxury Villa
Graha Moding
Cottage
Inang Villa
Villa
Kabinawa Villa
Luxury Villa
Puri Sunia Resort
Luxury Villa
Tejaprana Resort & Spa
Luxury Villa
Orchid
Villa
Disclamer
Tricovillage
Dengan menggunakan informasi di Tricovillage, Anda telah memahami dan setuju dengan segala ketentuannya.- Semua informasi di Tricovillage merupakan informasi semata dan ditulis dengan sejujur-jujurnya. Tricovillage tidak bertanggung jawab atas kelengkapan dan ketepatan informasi tersebut.
- Konsekuensi dari aksi yang Anda lakukan berdasarkan informasi di Tricovillage Anda bukan tanggung jawab Tricovillage.
- Di website ini terdapat tautan-tautan menuju website lain. Meski Tricovillage telah berusaha untuk mencantumkan tautan website-website paling terpercaya di bidangnya, kontennya berada di bawah kendali pemilik website tersebut. Informasinya dapat berubah sebelum Tricovillage sempat mengganti atau menghapusnya.
- Oleh karena itu, Tricovillage akan segera mengganti atau menghapus informasi maupun tautan yang terbukti salah. Bantuan Anda dalam bentuk komentar atau email akan kami terima dengan senang hati.
- Perlu Anda ingat juga bahwa website-website tersebut juga memiliki terms of service (TOE) dan kebijakan privasi tersendiri. Kami menganjurkan Anda untuk membaca dokumen-dokumen terkait di website tersebut sebelum mengunggah informasi apapun.Salam Hangat,
Tricovillage
Privacy Policy
Tricovillage
Di tricovillage, dapat diakses dari tricovillage.id, salah satu prioritas utama kami adalah privasi pengunjung kami. Dokumen Kebijakan Privasi ini berisi jenis informasi yang dikumpulkan dan dicatat oleh tricovillage.id dan bagaimana kami menggunakannya.Jika Anda memiliki pertanyaan tambahan atau memerlukan informasi lebih lanjut tentang Kebijakan Privasi kami, jangan ragu untuk menghubungi kami.Informasi yang Kami Kumpulkantricovillage.id mengikuti prosedur standar menggunakan file log. File-file ini mencatat pengunjung ketika mereka mengunjungi situs web. Ini tidak terkait dengan informasi apa pun yang dapat diidentifikasi secara pribadi. Tujuan informasi adalah untuk menganalisis tren, mengelola situs, melacak pergerakan pengguna di situs web, dan mengumpulkan informasi demografis.CookiesSeperti situs web lainnya, tricovillage.id menggunakan ‘cookie’. Cookie digunakan untuk menyimpan informasi seperti preferensi pengunjung dan halaman yang diakses atau dikunjungi pengunjung pada situs web ini. Informasi tersebut kami gunakan untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna dengan menyesuaikan konten halaman web kami.Kebijakan Privasi Pihak KetigaKebijakan Privasi tricovillage.id tidak berlaku untuk pengiklan atau situs web lain. Karena itu, kami menyarankan Anda untuk membaca seksama masing-masing Kebijakan Privasi dari pihak ketiga untuk informasi yang lebih rinci. Anda berhak untuk menonaktifkan cookies pada browser Anda.Informasi AnakSalah satu prioritas kami adalah membantu perlindungan untuk anak-anak saat menggunakan internet. Kami mendorong orang tua dan wali untuk mengamati, berpartisipasi, memantau, dan membimbing aktivitas online mereka.tricovillage.id tidak dengan sengaja mengumpulkan informasi identifikasi pribadi apa pun dari anak-anak di bawah umur. Jika menurut Anda anak Anda memberikan informasi semacam ini di situs web kami, kami sangat menganjurkan Anda untuk segera menghubungi kami dan kami akan melakukan upaya terbaik kami untuk segera hapus informasi tersebut dari catatan kami.PersetujuanDengan menggunakan situs web kami, Anda dengan ini menyetujui Kebijakan Privasi kami dan menyetujui syarat dan ketentuannya.